Selasa, 24 Mei 2016

What Is Entrepreneurship?

Devi Budi Wijayanti
Student of English Department
PGRI University Semarang



ENTREPRENEURSHIP



Entrepreneurship is often discussed under the title of the entrepreneurial factor, the entrepreneurial function, entrepreneurial initiative, and entrepreneurial behaviour and is even referred to as the entrepreneurial “spirit. The entrepreneurial factor is understood to be a new factor in production that is different to the classic ideas of earth, work and capital, which must be explained via remuneration through income for the entrepreneur along with the shortage of people with entrepreneurial capabilities. Its consideration as an entrepreneurial function refers to the discovery and exploitation of opportunities or to the creation of enterprise. Entrepreneurial behaviour is seen as behaviour that manages to combine innovation, risk-taking and proactiveness (Miller, 1983).



The entrepreneurial function implies the discovery, assessment and exploitation of opportunities, in other words, new products, services or production processes; new strategies and organizational forms and new markets for products and inputs that did not previously exist (Shane and Venkataraman, 2000). Due to the fact that there is no market for “opportunities”, the entrepreneur must exploit them, meaning that he or she must develop his or her capabilities to obtain resources, as well as organize and exploit opportunities. The downside to the market of “ideas” or “opportunities” lies in the difficulty involved in protecting ownership rights of ideas that are not associated with patents or copyrights of the different expectations held by entrepreneurs and investors on the economic value of ideas and business opportunities, and of the entrepreneur’s need to withhold information that may affect the value of the project.  




ENTREPRENEUR CAPITALIST MANAGER CHARACTERIZED BY
BEHAVIOUR -Discovers and exploits opportunities

-A creator who initiates and motivates the process of change -Capital owner: 
shareholders 

-Controlling shareholder 


-Passive shareholder -Administrates and manages resources 


-An administrator 

 -Accepts risks 

-Uses intuition, is alert, explores new business 

-Leadership, initiates new ways of acting 

-Identifies business opportunities 

-Creation of new Enterprise -Aversion to risktaking 

-Assesses alternatives 
  
-Choice of venture assets 
 -Aversion to risktaking 

-“Rational” decision-maker. Explotes business 

-Creates and maintains competitive advantage 

-Creates trust to enhance cooperation  

-Supervision of the administrative process  
The individual entrepreneur detects or creates business opportunities that he or she then exploits through small and medium-sized firms, normally participating in funding the capital for that firm, carries out the role of arbitrator or simply “sells the idea” of the business project. The “corporate entrepreneur” or the chief executive of large firms must also be considered. This figure is no longer limited to efficiently managing the firm’s assets and coordinating and controlling its activities; in the current climate, he or she must anticipate, articulate and manage change. In other words, they must reinvent the firm on a daily basis, creating new enterprise (spin-offs) and develop company networks. When discussing the figure of the corporate businessman, one must also consider the key shareholders that take an active part in the firm, along with managers that share in making up the firm’s basic competences. 


However, the manager’s function is first and foremost to supervise the process of combining resources, and efficiently manage the firm’s business portfolio. They have a key function when, as is normally the case, firms do not operate efficiently (Leibenstein, 1979), and instead are a long way short of their production boundaries. A second but fundamental task of the manager is to build up a reputation and an atmosphere of trust that transforms a conflictive system (individuals with conflicting objectives) into a system of cooperation. 



*Source: (http://www.uv.es/bcjauveg/docs/LibroCuervoRibeiroRoigIntroduction.pdf)

Senin, 23 Mei 2016

Membuat Wine Dari Buah Belimbing

Belimbing merupakan buah yang berasal dari wilayah negara dengan iklim tropis. Buahnya berwarna kekuningan bila sudah matang, dengan bentuk buah yang banyak  digemari orang. Buah belimbing  rasanya sangat menyegarkan, sehingga sering diolah menjadi berbagai macam resep masakan. Selain dari pada rasanya yang menggoyang lidah, buah belimbing juga sangat baik bagi kesehatan dan juga memberikan manfaat bagi kecantikan.



Manfaat Belimbing Bagi Kesehatan :

Belimbing adalah salah satu buah eksotis yang kaya manfaat. Sekitar 100 gram buah belimbing, menyediakan 31 kalori yang jauh lebih rendah daripada untuk buah-buahan tropis populer lainnya. Selain itu, sejumlah nutrisi penting, antioksidan, dan vitamin mengandung sejumlah manfaat belimbing untuk kesehatan, seperti berikut ((nutrition-and-you.com, Star fruit (carambola) nutrition facts, diakses 20 November 2014))  :

1. Menyehatkan Pencernaan

Buah beserta kulit belimbing memberikan pasokan serat makanan. Serat membantu mencegah penyerapan kolesterol LDL pada makanan dalam usus. Serat  juga akan membantu melindungi selaput lendir usus dari paparan zat beracun dengan mengikat bahan kimia penyebab kanker di usus besar. Kandungan serat pada belimbing membuat pencernaan lebih sehat dan menghindarkan dari resiko gejala kanker usus besar.

2. Pencegahan Kanker

manfaat belimbing memberikan vitamin C yang merupakan  pencegahan terhadap serangan gejala kanker. Belimbing mengandung vitamin C dalam jumlah yang besar. Vitamin C adalah antioksidan alami yang kuat. Sekitar 100 g buah belimbing akan memberikan 34,7 mg atau sekitar 57% asupan vitamin C yang dibutuhkan setiap hari. Secara umum, manfaat buah-buahan yang kaya vitamin C akan membantu tubuh manusia mengembangkan resistensi terhadap agen infeksi, radikal bebas dan anti inflamasi bagi tubuh.

Top Untuk Kanker
3. Kaya Antioksidan

Belimbing kaya akan antioksidan seperti flavonoid polifenol. Beberapa jenis flavonoid yang penting ini termasuk quercetin, epicatechin, dan asam galat. Total polifenol dalam buah ini mencapai 43 mg / 100 g. Senyawa ini membantu melindungi dari,  dari efek kerusakan akibat radikal bebas.

4. Meningkatkan Kerja Enzim

Selain itu, belimbing merupakan sumber vitamin B kompleks seperti folat, riboflavin, dan piridoksin (vitamin B-6). Secara bersama-sama, vitamin ini membantu sebagai co-faktor enzim dalam metabolisme serta mendukung berbagai fungsi sintetis enzim dalam tubuh.


5. Mengatasi  Tekanan Darah Tinggi

Belimbing mengandung sejumlah mineral dan elektrolit seperti kalium, fosfor, seng dan besi. Kalium merupakan komponen penting dari sel dan cairan tubuh, yang membantu mengendalikan denyut jantung dan tekanan darah. Dengan demikian, akan menekan pengaruh buruk dari sodium. Penyembuhan hipertensi banyak dilakukan dengan terapi belimbing, dengan mengkonsumsinya secara rutin.

6. Mengatasi Gangguan Ginjal
Jika seseorang mengalami keluhan gangguan ginjal, maka belimbing dapat dikonsumsi karena memiliki konsentrasi yang sangat tinggi terhadap asam oksalat. Para ilmuwan menganggapnya sebagai senyawa anti nutrisi, seperti mengganggu penyerapan dan metabolisme beberapa mineral alami seperti kalsium, magnesium dan sebagainya.

7. Mengurangi Kadar kolesterol jahat

Pada belimbing terdapat zat pektin yang mengurangi kolesterol dalam darah. Pektin mengikat kolesterol dan mengeluarkan asam empedu pada sekresinya. Tentu saja hal ini sangat baik bagi penderita gejala penyakit diabetes.



PEMBUATAN WINE DARI BUAH BELIMBING

1. Pendahuluan.

Banyak orang yang suka minum wine dan beberapa tidak minum bukan karena tidk suka namun karena larangan agama. Meskipun hanya sebuah minuman namun pembuatan wine tidak semudah pembuatan fast food. Perlu banyak alat dan persyaratan agar pembuatan wine berhasil dengan baik.

Bahan yang utama diperlukan adalah buah (jika buahnya anggur disebut wine saja, jika buah lain misal pisang maka disebut wine pisang dan sebagainya tergantung nama buah). Selain buah diperlukan juga peralatan (fermentor) dan mikroorganisme yaitu khamir, dan nutrisi tanbahan. Pada dasarnya hamir semua buah dapat dibuat wine terutama yang mengandung gula. Bila gula pada buah tadi kurang maka sering ditambahkan gula. Dapat pula dari bahan yang kaya pati misalnya beras ketan, maka pati ada beras ini harus dipecah terlebih dahulu misal menggunakan ragi tape dijadikan tape atau dihidrolisis dengan asam maupun enzim. Contoh produk yang berasal dari beras ketan melalui fermentasi ada adalah brem bali, sedang yang melalui hidrolisis adalah bio-etanol.

Buah yang baik untuk digunakan dalam pembuatan wine apabila mengandung asam-asam seperti asam tartart, malat dan sitrat. Asam tartart adalah antioksidan dan menghasilkan rasa asam. Asam malat juga dikenal sebagai asam buah terutama pada apel. Asam sitrat adalah pengawet alami dan juga memberi rasa asam.

Khamir adalah mikrooorganisme yang melakukan fementasi juice buah menjadi wine. Khamir yang umum digunakan dalam fermentasi adalah Saccharomyces sp. Khamir ini akan mengubah gula menjadi alkohol dan CO2. Dalam perombakan ini diperlukan pula nutrien yang mendukung pertumbuhan khamir, jika tidak tersedia pada bahan baku. Bahan yang umum dtambahkan adalah amonium fosfat sebagai sumber nitrogen.

Jika proses fermentasi telah selesai, maka dilakukan proses penjernihan. Dalam proses penjernihan umumnya ditambahan tanin. Tanin akan membantu pembentukan flavor. Proses penambahan tanin ini disbut aging karena setelah ditambahkan wine dibiarkan beberapa lama (dapat sampai berbulan-bulan). Tanin umumnya ditambahkan pada pembuatan red wine. Red wine dibuat dari anggur hitam dan kulitnya tidak dipisahkan dalam proses pembuatanya. Tanin terdapat pada kulit buah, tangkai dan biji.


Peralatan.

Alat utama yang dibutuhkan adalah fermentor. Fermentor dapat berukuran besar atau kecil tergantung kebutuhan. Umumnya fermentor dengan mulut kecil atau dapat ditutup dan ada saluran tempat keluarnya CO2. Saluran ini diperlukan karena fermentasi berlangsung secara anaerob dan jika tidak ada saluran pengeluaran gas, maka gas akan terperangkap di dalam fermentor dan dapat meningkatkan tekanan sehingga mematikan khamir di dalamnya atau jika wadah tidak kuat maka isi akan tumpah karena penutup terbuka ada wadah yang pecah. Fermentor harus mudah dibersihkan dan terhindarkan dari kontaminasi.

Hidrometer diperlukan jika kita benar-benar akan membuat wine terutama untuk perdagangan (tapi ingat, saat ini ijin baru untuk membuat minuman beralkohol di Indonesia sudah tidak ada lagi. Jadi ini hanyalah pengetahuan belaka atau untuk penelitian). Hidrometer digunakan untuk mengukur berat jenis, potensial gula dan alkohol).



Macam Wine :

Table Wine.

Table wine adalah wine dengan kandungan alkohol rendah (kurang dari 14%). Table wine biasanya disajikan bersama-sama makanan. Diberi naman table wine karena umumnya dijumpai pada acara dinner.

Fortified wine

Fortified wine adalah wine yang ditambah dengan bahan lain. Contohnya adalah Brandy, umumnya produk ini untuk memasak atau bumbu sebaga flavor ekstra. Fortified wone mengandung alkohol 17 – 21%.



Proses Fermentasi

Fermentasi wine adalah proses dimana juice anggur bersama-sama dengan bahan yang lain yang diubah secara reaksi biokimia oleh khamir dan menghasilkan wine. Bahan untuk proses fermentasi adalah gula ditambah khamir yang akan menghasilkan alkohol dan CO2. CO2 akan dilepaskan dari campuran wine menuju udara dan alkohol akan tetap tinggal di fermentor. Jika semua gula buah sudah diubah menjadi alkohol atau alkohol telan mencapai sekitar 15% biasanya fermentasi telah selesai atau dihentikan. Selama fermentasi sering ditambahkan nitrogen dan mikro nutrien guna mencegah produksi gas H2S. Jika gas ini muncul akan menyebabkan bau yang tidak enak.

Selama fermentasi, cairan yang dihasilkan disebut “must”. Guna mencegah tumbuhnya bakteri pada must maka dilakukan pengadukan. Must mulai bergelembung pada jam ke 8 – 20. Tahap awal proses fermentasi ini pada red wine adalah 5 – 10 hari, white wine 10 – 15 hari. Setelah tahap awal ini dilanjutkan tahap kedua.

Dalam tahap kedua fermentasi, wine dipindahkan ke fermentor yang tidak boleh adanya oksigen asuk. Pada tahap ini akan dihasilkan alkohol dalam kadar yang lebih tinggi. Tergantung dari bahan yang digunakan, wine dapat berasa lebih manis atau alkohol dan ini akan mempengaruhi pada harga di pasar.




Pustaka:

Sritrakul, N., P. Laoparboon., P. Danviruati and L. Laoparboon. 2007. Continuous Manggo Wine Fermentation in a Packed-bed Bioreactors Using Immobilized Yeasts, System Stability and Volatile by Products. Thai Journal of Biotechnology 8(1): 5 – 10.

www.virtualwine.com.au